Senin, 11 April 2011

PENGGOLONGAN SENI

Penggolongan seni
Benda yang diwujudkan manusia untuk menyatakan nilai-nilai seni cukup baik dan beragam. Ada yang membuat kursi begitu rupa agar tampak indah dan menarik. Ada yang menganyam tikar dengan desain tertentu. Ada music pengantar tidur, ada pula yang harus didengarkan dengan penuh konsentrasi perasaan dan pendengaran. Ada yang membuat lukisan cat minyak, cat air, cetak saring. Ada yang menulis cerita detektif, dan pula yang menulis cerita tentang orang idiot.
Dalam sejarah estetika Eropa telah lama dikenal pembedaan tentang apa yang disebut seni. Sejak zaman Yunani dan Romawi, orang telah membedakan seni kasar dan seni halus (liberal arts). Seni kasar atau vulgar arts adalah karya seni kaum buruh, tukang, dan budak, sedangkan seni halus milik warga Negara yang merdeka.
Dalam perkembangannya kemudian, pembedaan semacam itu terus berlaku di Eropa sampai abad ke-18. Ada seni halus yang terdiri atas seni lukis, seni pahat, seni music, seni puisi dan balad. Adapula seni pakai yang terdiri atas arsitektur, seni mebel, seni tembikar, seni emas dan perak serta seni permadani. Yang pertama disebut sebagai “seni besar” (major art) dan yang kedua “seni kecil” (minor art). Seni kasar, seni pakai dan seni minor, itu semua menunjukkan bahwa benda seni semacam itu lebih rendah nilainya daripada seni halus, seni besar, seni kaum yang merdeka.
Di Indonesia terbawa sedikit terpengaruh, pembatik, dalang, pendesain kain, tukang mebel dan lenong dianggap bukan seniman. Seniman termasuk golongan seni halus, seni besar dan liberal arts, selain itu disebut sebagai tukang, yaitu vulgar arts, seni pakai dan seni minor.
Penggolongan ini awalnya dilakukan oleh lapisan social yang sedang berkuasa, yaitu warga negara polis (kota) yang merdeka, yang bisa menentukan mana yang bisa disebut seni dan buka seni. Pada abad ke-18 di Eropa, kaum borjuislah yang menguasai kehidupan masyarakat, maka merekalah merekalah yang menentukan patokan mana yang disebut seni dan bukan seni.
Di Indonesia hal ini terjadi pada zaman feodal, maka yang disebut seni adalah yang dihargai oleh kaum feodal. Nilai seni ditentukan oleh ideology social yang tengah berkuasa atau berpengaruh. KJrya di luar lingkup ideologi mereka tidak dapat begitu saja disebut karya seni.
Tetapi, pada abad ke-20 di dunia barat terjadi perubahan social budaya besar, yakni semakin kuatnya ideology demokrasi modern dihampir semua bangsa. Ideologi borjuis dan feodal dirobohkan. Orang mulai menilai karya seni atau benda seni dengan pandangan lain. Kebebasan individu dan persamaan individu melepaskan sekat penggolonga social. Benda seni pun dilihat secara objektif. Pendekatan terhadap penggolongan seni bukan lagi berdasarkan ideology berdasarkan golongan, tetapi lebih menitikberatkan segi objektif benda seni itu sendiri. Penilaiannya lebih demokratis, lebih objektif.
Penggolongan lebih didekati dari material seni dan cara seni diindera. Maka, ada pembagian seni visual (seni lihatan), seni audio (seni dengaran) dan seni audio-visual (seni degaran dan lihatan). Golongan pertama terdiri atas seni rupa (tanpa gerak) dan seni lihatan bergerak (film), yang 2 dimensi (mantra). Seni visual 3 dimensi terdiri atas seni pahat dan seni ukir (tanpa gerak), seni tari dan pantomim (bergerak). Golongan dua mantra terdiri atas seni nada yang tunggal dan majemuk, serta seni kata yang berirama (puisi) dan tanpa irama (prosa). Golongan tiga mantra terdiri atas seni tari, seni opera, dan seni drama.
Ada pula yang mengolongkannya menjadi seni statis dan seni dinamis. Seni statis menetap dan tak berubah sejak dilahirkan, contohnya patung yang dipahat sejak zaman Raja Balitung tahun 900 sampai sekarang bentuknya tidak berubah. Seni yang materialnya berupa benda fisik termasuk ke golongan seni statis, misalnya seni lukis, seni patung, seni ukir, seni sastra (tertulis). Sebaliknya, golongan seni dinamis terikat oleh ruang dan waktu penciptaan. Benda seni dinamis berakhir bersama waktu.
Penggolongan seni berdasarkan material ii juga membedakan antara material seni yang mengikat kreativitas seniman dan yang lebih membebaskan seniman. Seni arsitektur amat terikat dan dibatasi oleh material seni bangunannya dan juga oleh fungsi bangunan itu. Begitu pula seni patung dan seni lukis, kedua seni ini sedikit banyak membatasi senimannya karena material yang digunakan. Yang lebih bebas adalah seni drama dan tari. Materialnya adalah tubah si dramawan dan penari itu sendiri. Seni yang lebih merdeka adalah seni puis yang bermaterial nada dan kata serta seni music yang materialnya suara atau bunyi.
Makin ‘memateri’ material seninya, makin berak tantangan ikatannya. Makin ‘abstrak’ materialnya, makin bebas mewujudkan benda seninya. Maka, orang sering berkata bahwa seni yang paling murni adalah seni music. Itulah keindahan abstrak dan amat otonom. Karena keterikatan material pada seni, maka visi dan konsep seni masing-masing golongan dapat berbeda batasannya. Seorang seniman music akan memberi pengertian yang agak lain dengan seorang arsitek tentang apa itu seni. Bahkan dalam bidang sastra seorang penulis novel akan melihat ‘sastra’ secara berbeda dengan seorang penyair. Dasar pengrtiannya boleh jadi stu untuk konsep seni ini, tetapi karena tiap seni ditentuakn oleh material seni maka wujud penyataannya dapat berbeda-beda. Hakikat seni yang dimiliki seniman arsitektur akan diwujudkan dalam keterbatasan dan kelebihan material seninya, begitu pula hakikat seni yang dimiliki oleh seorang seniman music harus dibedakan dalam material seninya tak terbatas (bunyi).hakikat seni itu menjelma dalam tiap penggolongan seni, yaitu lewat materialny, wujudnya.
Meskipun penggolongan objektif semacam itu ada dan mungkin, tetap saja pengertian seni atau bukan seni kembali pada kelompok social maka, ideology masing-masing golomngan social dalam satu bangsa akan melahirkan pula konsep seninya masing-masing.













BENDA SENI
Seni memang bukan benda, melainkan nilai yang dilihat oleh penikmat seni, yaitu nilai yang dikandung oleh nilai benda tersebut.seni tidak akan muncul dari benda seni kalau benda tersebut tidak mengandung dan menawarkan nilai seni.
Nilai itu sifatnya abstrak, hanya ada dalam jiwa perorangan yang dipelajari dan diperoleh manusia dari lingkungan hidupnya melalui pendidikan, baik formal maupun nonformal.karena nilai iut sifatnya abstrak maka pengenalan nilai hanya dapat diperoleh melalui perwujudannya. Artinya, nilai itu hanya dapat dipahami melalui wujud, yakni benda atau perbuatan.
Nilai keindahan dan nilai suatu seni kelompok social hanya dapat dikenali lewat perwujudannya dalam bentuk, dalam gejala fisik, yakni’ benda seni’. Benda seni adalah titik pertemuan antara seniman dan publiknya. Benda seni adalah sesuatu yang mewujud, dan dengan demikian dapat dilihat atau didengar atau dilihat dan didengar sekaligus oleh penikmat seni.
Benda seni harus indrawi, yaitu hanya dapat menampung kerja indra penglihat(visual) serta pendengar (audio) tetapi tidak indera pembau, peraba, dan perasa. Kegunaan benda seni justru dalam mengawetkan perwujudan bentuk nilai yang dapat dinikmati oleh publik seni.
Sebenarnya, yang terpenting bukanlah benda seni, melainkan ide dibalik benda tersebut. Gagasan atau ide seni harus diwujudkan. Caranya tergantung pada bahan atau bahan fisik yang dipakai. Contohnya seni sastra memakai bahan bahasa, seni lukis mempergunakan bahan cat dan kanvas, seni patung menggunakan bahan logam kayu atau batu, seni music menggunakan bahan bunyi, seni tari berbahan gerak tubuh manusia dan seni teater menggunakan tingkah laku manusia.
Virgil C. Aldrich menyusun bagan bagaimana benda seni dapat terwujud dari tangan seniman, urutannya adalah sebagai berikut :
1. Produksi bahan seni yang dapat dikerjakan oleh tukang, contohnya pembuatan bahan cat
2. Pemanfaatan bahan seni oleh seniman
3. Penguraian medium seni yang diolah dari bahan seni yang dipakai
4. Perwujudan bentuk seni dengan berbagai aspek medium seni yanga ditemukan
5. Terciptanya bentuk seni berdasarkan kelebihan dan keterbatasan bahan seni
6. Isi seni yang berupa gagasan seniman terkandung dalam bentuk seni
7. Seluruh kegiatan mengungkapkan gagasan seni tadi adalah hasil tanggapan seniman terhadap objek

Karena seniman harus menghasilkan benda yang mewujudkan nilai seni yang dimilikinya, maka segi pengetahuan dan ketrampilan yang menyangkut bahan seninya perlu pula dimilikinya. Teori dan praktek dengan bahan seni perlu dikuasai, sehingga keduanya dapat bersaing secara sehat.
Pada dasarnya bukan ketrampilan teknis yang menentukan kesenimanan orang, namun bagaimanapun hebat gagasan seni seseorang tak akan lahir benda seni kalau tidak menguasai teknik seni. Begitu pula orang yang lihai dalam teknik seni tetapi tidak memiliki gagasan seni yang asli tak akan lahir benda seni, yang ada hanya benda hasil keterampilan seninya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar