Kamis, 07 April 2011

MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
PERBEDAAN INDIVIDUAL

Dosen : Yudrik Jahja

Disusun
Eva Kurniati
5525102763

PENDIDIKAN TATA BUSANA REGULER
ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang "Perbedaan Individual".
Adapun maksud dan tujuan penyusunan Makalah ini adalah untuk mengetahui perbedaan-perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lain.
Penulis berharap agar Makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya dan masyarakat umumnya. Apabila dalam penulisan ada kekurangan saya mohon maaf dan saya ucapkan terima kasih.


Jakarta, 28 Desember 2010



Penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI………………………………………………………. i

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
A. Perbedaan Individual…………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik individu normal dan khusus..………………...4

BAB III ANALISA PEMBAHASAN
3.1 Analisis kasus………………………………………….…….32

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………..........36
4.2 Saran………………………………………………………….36

Daftar Pustaka





BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”. Dalam ilmu sosial paham individu menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki peranan khas atau spesifik dalam kepribadiannya.
A. Pengertian Individu
Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai mahluk yang berpikir atau homo sapiens, mahluk yang berbuat atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo educandum dan seterusnya. Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan, pada awal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak kebutuhan non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.
Di dunia ini semuanya tercipta dengan berpasang-pasangan. Kita perhatikan ada yang tinggi, maka ada pula yang pendek, ada yang cakep ada pula yang jelek, ada yang merem pasti ada juga yang melek. Ketika ada yang awas maka ada pula yang tunanetra. Tunanetra adalah suatu kondisi di mana orang yang mengalaminya tidak bias melihat, atau tidak bisa menggunakan penglihatannya secara baik dalam aktifitasnya sehari-hari. Agar bisa melaksanakan aktifitasnya sehari-hari dengan lancar tanpa mengalami banyak hambatan, maka tunanetra perlu menggunakan alat bantu asistif, yaitu alat bantu yang dapat memudahkan tunanetra dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. Alat bantu asistif ini bisa dikatakan sebagai pengganti penglihatan. Sebagaimana orang yang pendek, ia menggunakan sepatu hak tinggi agar bisa menjadi kelihatan tinggi, walaupun ia tetap pendek. Orang yang kurang cantik menggunakan kosmetik agar kelihatan lebih cantik. Orang yang tinggi ketika ia melewati pintu yang pendek maka ia harus membungkuk agar bisa masuk, bukan kakinya yang harus dipotong, atau pintunya yang harus dirusak. Di dunia ini agar segala sesuatunya bisa berjalan dengan lancar perlu penyesuaian atau adaptasi. Tunanetra apabila dibandingkan dengan orang awas, tentu saja ada perbedaan. Di dunia ini memang segalanya berbeda, anak kembar sekalipun pasti tetap ada perbedaannya. Oleh karena itu perbedaan antara orang awas dengan tunanetra dipandang sebagai sesuatu yang wajar. Karena antara orang awas pun kalau kita cari perbedaannya pasti juga adaperbedaannya. Tunanetra apabila dicari persamaannya dengan orang awas/non-tunanetra, tentu saja ada persamaannya. Dan pasti ada persamaannya. Bahkan persamaannya lebih banyak daripada perbedaanya. Bagaikan kita melihat sebuah whiteboard yang berukuran 3X1,5 m, lalu di whiteboard itu ada sebuah titik kecil berwarna hitam, maka itulah gambaran perbedaan antara tunanetra dengan orang awas/non-tunanetra, jadi perbedaannya sangat kecil apabila dibandingkan dengan persamaannya. Dapat dikatakan bahwa orang tunanetra dan orang awas lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya.

1.2 rumusan masalah
Bagaimana perbedaan individu yang normal dan yang khusus di masyarakat?



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik individu normal dan khusus
A. Karakteristik Individu normal
Karakteristik bawaan merupakan karakter keturunan yang dibawa sejak lahir, baik berkaitan dengan factor biologis maupun social psikologis. Kepribadian, prilaku apa yang diperkuat, dipikirkan, dan dirasakan oleh seseorang (individu) merupakan hasil diri perpduan antara factor biologis sebagaimana unsure bawaan dan pengaruh lingkungan.
Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan perbedaan
individual dengan perseorangan.
Garry pada 1963 (Hartomo, dkk.1994) mengkategorikan perbedaan individu, sbb:
a. Perbedaan fisik
b. Perbedaan sosial
c. Perbedaan kepribadian
d. Perbedaan kemampuan
e. Perbedaan kecakapan atau kepandaian disekolah

a. Perbedaan Kognitif
Mewnurut Bloom, proses belajar, baik disekolah maupun diluar sekolah. Menghasilkan dan pembentukan kemampuan yang dikenal sebagi taxonomy Bloom, yaitu kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan tekonologi. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang
diukur dengan tes hasil belajar. Tes hasil belajar nilai kemampuan kognitf yang bervariasi. Kemampuan kognitif berkolerasi posotif dengan tingkat kecerdasan seseorang.
b. Perberdaan dalam Kecakapaan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan individu untuk menyatakan buah pikiran dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat bermakna, logis dan sistematis, yang dipengaruhi oleh factor kecerdasan dan factor lingkungan, termasuk factor fisik yakni orang berbicara.
c. Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja syaraf pusat (otak) untuk melakukan kegiatan. gerakan¢motorik¢saraf pusat¢saraf sensoris¢Ransangan Kemampuan motorik dipengaruhi kematanga fisik dan tingkat kempuan berfikir.
d. Perbedaan dalam Latar Belakang
Latar belakang individu dimaksud dibedakan dari factor dalam dan luar dirinya. Factor dari dalam : kecerdasan, kemampuan, bakat, dll. Factor dari luar : social ekonomi, pola sikap orangtua, dll.
e. Perbedaan dalam Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang dibaca sejak lahir, kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik bila mendapat ransangan / kesemapatan dan pemupukan secara tepat.
f. Perbedaan dalam Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar individu didukung oleh kematangan fisik, mental, umur, kesehatan, dan pengalaman-pengalaman hasil persepsi dan perhatiannya terhadap lingkungan.
g. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan
perubahan menjadi lebih panjang, prosesnya sejak anak belum lahir sampai dewasa.¢a. Pertumbuhan fisik diakali dengan kemapuan mengenal dunia luar. Intelek atau pola piker searah dengan pertumbuahan saraf otak.¢b. Intelek salah satu kemampuan untuk bidang tertentu seperti bidang seni, olahraga, keterampilan.¢c.
h. Bakat khusus
merupakan gejala peresaan yang disertai dengan perubahan atau perilaku fisik¢d.
i. Emosi
diawali dengan mengenali lingkungan yang terdekat. Setiap¢Socialorang akhirnya mengenal bahwa manusia itu saling membantu dan dibantu, member dan diberi dari masa bayi melainkan masa kanak-kanak.
Makna “perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut Lindgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni:
1. Perbedaan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya.
2. Perbedaan kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbaha sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara).
3. Perbedaan kecakapan motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
4. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan.
5. Perbedaan bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun khusus. Disebut bakat khusus apabila kemampuan yang berupa potensi tersebut bersifat khusus, misalnya bakat akademik, social, seni, kinestetik, dan sebagainya. Bakat khusus disebut talent, sedang bakat umum (intelektual) disebut gifted.
Ada lima jenis bakat khusus yaitu 1. bakat akademik khusus, 2. bakat berpikir kreatif-produktif, 3. bakat seni, 4. bakat kinestetik / psikomotorik, dan 5. bakat sosial. Perwujudan dari bakat adalah prestasi. Bakat dan kemampuan menentukan prestasi seseorang.
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus adalah, minat, motif berprestasi, keberanian mengambil resiko, keuletan dalam menghadapi tantangan, dan kegigihan / daya juang yang tinggi dalam menghadapi kesulitan yang timbul.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus adalah, kesempatam maksimal untuk mengembangkan diri, sarana dan prasarana yang memadai, dukungan dan dorongan orang tua, lingkungan tempat tinggal, dan pola asuh orang tua.

6. Perbedaan kesiapan belajar
Perbedaan latar belakang, yang mliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.
Perkembangan Individu
1. Apa perkembangan individu itu?
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.
2. Apa yang dimaksud dengan sistematis ?
Sistematis adalah bahwa perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian lainnya, baik fisik maupun psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh : kemampuan berbicara seseorang akan sejalan dengan kematangan dalam perkembangan intelektual atau kognitifnya. Kemampuan berjalan seseorang akan seiring dengan kesiapan otot-otot kaki. Begitu juga ketertarikan seorang remaja terhadap jenis kelamin lain akan seiring dengan kematangan organ-organ seksualnya.
3. Apa yang dimaksud dengan progresif ?
Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan meluas, baik secara kuantitatif (fisik) mapun kualitatif (psikis). Contoh : perubahan proporsi dan ukuran fisik (dari pendek menjadi tinggi dan dari kecil menjadi besar); perubahan pengetahuan dan keterampilan dari sederhana sampai kepada yang kompleks (mulai dari mengenal huruf sampai dengan kemampuan membaca buku).
4. Apa yang dimaksud dengan berkesinambungan ?
Berkesinambungan artinya bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan. Contoh : untuk dapat berdiri, seorang anak terlebih dahulu harus menguasai tahapan perkembangan sebelumnya yaitu kemampuan duduk dan merangkak.
5. Apa ciri-ciri perkembangan individu?
Perkembangan individu mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut :
1. Terjadinya perubahan dalam aspek :
• Fisik; seperti : berat dan tinggi badan.
• Psikis; seperti : berbicara dan berfikir.
2. Terjadinya perubahan dalam proporsi.
• Fisik; seperti : proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya.
• Psikis; seperti : perubahan imajinasi dari fantasi ke realistis.
3. Lenyapnya tanda-tanda yang lama.
• Fisik; seperti: rambut-rambut halus dan gigi susu, kelenjar thymus dan kelenjar pineal.
• Psikis; seperti : lenyapnya masa mengoceh, perilaku impulsif.
4. Diperolehnya tanda-tanda baru.
• Fisik; seperti : pergantian gigi dan karakteristik sex pada usia remaja, seperti kumis dan jakun pada laki dan tumbuh payudara dan menstruasi pada wanita, tumbuh uban pada masa tua.
• Psikis; seperti berkembangnya rasa ingin tahu, terutama yang berkaitan dengan sex, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan keyakinan beragama.
6. Apa prinsip-prinsip perkembangan inidividu?
Prinip- prinsip perkembangan individu, yaitu :
1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
2. Semua aspek perkembangan saling berhubungan.
3. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
4. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
5. Setiap individu normal akan mengalami tahapan perkembangan.
6. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.
7. Bagaimana pola atau arah perkembangan inidividu?
Arah atau pola perkembangan sebagai berikut :
1. Cephalocaudal & proximal-distal (perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki dan dari tengah (jantung, paru dan sebagainya) ke samping (tangan).
2. Struktur mendahului fungsi.
3. Diferensiasi ke integrasi.
4. Dari konkret ke abstrak.
5. Dari egosentris ke perspektivisme.
6. Dari outer control ke inner control.
7. Bagaimana tahapan-tahapan perkembangan individu?
Dalam berbagai literatur kita dapati berbagai pendekatan dalam menentukan tahapan perkembangan individu, diantaranya adalah pendekatan didaktis. Dalam hal ini, Syamsu Yusuf (2003) mengemukakan tahapan perkembangan individu dengan menggunakan pendekatan didaktis, sebagai berikut :
Masa Usia Pra Sekolah
Masa Usia Pra Sekolah terbagi dua yaitu (1) Masa Vital dan (2) Masa Estetik
1. Masa Vital; pada masa ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar pada tahun pertama dalam kehidupan individu , Freud menyebutnya sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar.Pada tahun kedua anak belajar berjalan sehingga anak belajar menguasai ruang, mulai dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang jauh. Pada tahun kedua umunya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan. Melalui latihan kebersihan, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan yang datang dari dalam dirinya.
2. Masa Estetik; dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Anak bereksplorasi dan belajar melalui panca inderanya. Pada masa ini panca indera masih sangat peka.
Masa Usia Sekolah Dasar
Masa Usia Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Masa Usia Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu : (a) masa kelas-kelas rendah dan (b) masa kelas tinggi.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah(6/7 – 9/10 tahun) :
1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
4. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
6. Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :
1. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
2. Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.
6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
Masa Usia Sekolah Menengah
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja, yang terbagai ke dalam 3 bagian yaitu :
1. masa remaja awal; biasanya ditandai dengan sifat-sifat negatif, dalam jasmani dan mental, prestasi, serta sikap sosial,
2. masa remaja madya; pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada masa ini sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung dan dipuja.
3. masa remaja akhir; setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapai masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa remaja, yang akan memberikan dasar bagi memasuki masa berikutnya yaitu masa dewasa.
Masa Usia Kemahasiswaan (18,00-25,00 tahun)
Masa ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya, yang intinya pada masa ini merupakan pemantapan pendirian hidup.
8. Apa tugas perkembangan individu itu?
Havighurst (1961) mengemukakan bahwa : “ A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by society, difficulty with later task.
9. Tugas perkembangan apa yang harus dicapai pada masa bayi dan kanak-kanak awal (0,0–6.0) ?
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa bayi dan kanak – kanak awal (0,0–6.0) adalah :
1. Belajar berjalan pada usia 9.0 – 15.0 bulan.
2. Belajar memakan makan padat.
3. Belajar berbicara.
4. Belajar buang air kecil dan buang air besar.
5. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
6. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
7. Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam.
8. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain.
9. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk dan pengembangan kata hati.
10. Tugas perkembangan apa yang harus dicapai pada masa kanak-kanak akhir dan anak sekolah (6,0-12.0)?
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa kanak – kanak akhir dan anak sekolah (0,0–6.0) adalah :
1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
6. Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
7. Mengembangkan kata hati.
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
9. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.
11. Tugas perkembangan apa yang harus dicapai pada masa remaja (12,0-21.0)?
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa remaja (21,0–21.0) adalah :
1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
2. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.
3. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.
4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
5. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
6. Memilih dan mempersiapkan karier.
7. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.
9. Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
10. Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.
12. Tugas perkembangan apa yang harus dicapai pada Masa Dewasa Awal (21 – dst) ?
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa dewasa awal (21,0–dst) adalah :
1. Memilih pasangan.
2. Belajar hidup dengan pasangan.
3. Memulai hidup dengan pasangan.
4. Memelihara anak.
5. Mengelola rumah tangga.
6. Memulai bekerja.
7. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
8. Menemukan suatu kelompok yang serasi.

7. Perbedaan individual dalam perkembangan Emosi

Perbedaan perkembangan emosi pada anak sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya., dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingan dengan anak-anak yang kurang pandai. Anak-anak dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung lebih mengembangan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi tinggi.

8. Perbedaan individual dalam perkembangan nilai, moral, dan sikap

Pengertian moral dan nilai pada anak-anak umur sepuluh atau sebelas tahun berbeda dengan anak-anak yang lebih tua. Pada anak-anak terdapat anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak oleh karena diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi(kohlberg, 1963). Menurut kohlberg, faktor kebudayaan mempengaruhi perkmbangan moral. Terdapat rangsangan yang diterima oleh anak-anak dan ini mempengaruhi tahap perkembangan moral. Misalnya, pemahaman konsep dan nilai tenggang rasa, bila dibandingkan dengan sikap serta tingkah lakunya dalam kaitannya dengan tenggang rasa, memungkinkan kita menempatkan individu dalam satu kontinum.

a. Diujung paling kiri kita kelompokkan individu yang hampir-hampir/sama sekali tidak tahu tentang konsep dan nilai tenggang rasa dan karenanya juga tidak bertindak secara benar ditinjau dari konsep tenggang rasa

b. Diujung paling kanan terdapat individu yang baikpengetahuan maupun tingkah lakunya mencerminkan penghayatan nilai tenggang rasa yang sangat meyakinkan.
Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia TK merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Maria Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978 : 13) berpendapat bahwa usia 3 - 6 tahun sebagai periode sensitive atau masa peka yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terlewati maka anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya. Demikian pula pembinaan karakter anak. Pada periode tersebut karakter anak harus dapat dibangun melalui kegiatan dan pekerjaan. Jika pada periode ini anak tidak didorong aktivitasnya, perkembangan kepribadiannya akan menjadi terhambat. Masa-masa sensitif mencakup sensitivitas terhadap keteraturan lingkungan, sensitivitas untuk mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitivitas untuk berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta sensitivitas terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. Erikson (Helms & Turner, 1994 : 64) memandang periode ini sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan inisiatifnya, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan inisiatif, dan daya kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, mengerjakan sesuatu di mana anak dapat melakukan sendiri maka anak tidak mendapat kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan itu. Pada fase ini terjamin tidaknya kesempatan untuk berprakarsa (dengan
9
adanya kepercayaan dan kemandirian yang memungkinkannya untuk berprakarsa), akan menumbuhkan inisiatif. Sebaliknya kalau terlalu banyak dilarang dan ditegur, anak akan diliputi perasaan serba salah dan berdosa (guilty). Kartini Kartono (1986:113) mengemukakan bahwa ciri khas anak masa kanak-kanak adalah sebagai berikut : (1) bersifat egosentris naif, (2) mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, (3) kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas, dan (4) sikap hidup yang fisiognomis. Kartini Kartono menjelaskan bahwa seorang anak yang egosentris memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri. Sikap egosentris yang naif ini bersifat temporer, dan senantiasa dialami oleh setiap anak dalam proses perkembangannya. Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang naïf tersebut. Ciri ini ditandai oleh kehidupan individual dan sosialnya masih belum terpisahkan. Anak hanya memiliki minat terhadap benda-benda dan peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya.
Dengan kata lain anak membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya. Kesatuan jasmani dan rohani yang tidak terpisahkan, maksudnya adalah anak belum dapat membedakan dunia batiniah dengan lahiriah. Isi lahiriah dan batiniah merupakan suatu kesatuan yang bulat, sehingga penghayatan anak diekspresikan secara spontan. Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut pada setiap penghayatannya. Anak tidak bisa membedakan benda hidup dengan benda mati. Setiap benda dianggapnya berjiwa seperti dirinya, oleh karena itu anak sering bercakap-cakap dengan bonekanya, dengan kucing, dengan kelinci dan sebagainya. Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri lain yang menonjol pada anak usia 4-5 tahun. Anak memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang kuat. Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat atau didengarnya.
10
Pertumbuhan fisik anak usia 4-5 masih memerlukan aktivitas yang banyak. Kebutuhan anak untuk melakukan berbagai aktivitas sangat diperlukan, baik untuk pengembangan otot-otot kecil maupun otot-otot besar. Gerakan-gerak fisik ini tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan fisik saja, tetapi juga dapat berpengaruh positif terhadap penumbuhan rasa harga diri anak dan bahkan perkembangan kognisi. Keberhasilan anak dalam menguasai keterampilanketerampilan motorik dapat membuat anak bangga akan dirinya. Sejalan dengan perkembangan keterampilan fisiknya, anak usia sekitar lima tahun ini semakin berminat pada teman-temannya. Ia akan mulai menunjukkan hubungan dan kemampuan bekerja sama yang lebih intens dengan teman-temannya. Anak memilih teman berdasarkan kesamaan aktivitas dan kesenangan. Kualitas lain dari anak usia ini adalah abilitas untuk memahami pembicaraan dan pandangan orang lain semakin meningkat sehingga keterampilan komunikasinya juga meningkat. Penguasaan akan keterampilan berkomunikasi ini membuat anak semakin senang bergaul dan berhubungan dengan orang lain. Anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya serta seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.

2.2 karakteristik individu khusus
1. PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM BAKAT KHUSUS
Dilihat dari aspek apapun, setiap individu memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Demikian juga dalam aspek bakat khusus, setiap individu memiliki bakat khususnya masing-masing secara berbeda.
Perbedaan bakat khusus ini bisa terletak pada jenisnya dan juga pada kualitasnya. Perbedaan dalam jenisnya terlihat dari kemampuan yang ditunjukkan. Misalnya, seseorang memiliki bakat khusus bekerja dengan angaka (numerical aptitude), yang lain lebih menonjol dalam berbahasa (verbal aptitude), sementara yang lainnya memiliki bakat yang menonjol dalam bidang musik.
Sedangkan perbedaan dalam kualitasnya mengandung makna bahwa di antara individu satu dengan yang lain memiliki bakat khusus yang sama, tetapi kualitasnya berbeda. Misalnya antara orang yang sama-sama memiliki bakat khusus bekerja dibidang angka. Orang pertama mimiliki kemampuan yang lebih unggul dibanding kemampuan orang kedua.
Hal ini disebabkan tingkat kecerdasan antara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh gen dari orang tua mereka masing-masing.
Berikut daftar tabel tingkat kecerdasan / intelegensi Wechsler :
IQ Deskripsi Presentase
130 ke-atas
120 – 129
110 – 119
85 – 109
70 – 84
55 – 69
40 – 54
25 - 39
Di bawah 25 Very superior
Superior
Bright normal
Average
Borderline
Midly mentally retarderd
Moderate mentally retarderd
Severely mentally retarderd
Profoundly mentally retarderd 2.2
6.7
16.1
50.0
16.1
2.1
0.1
0.003
0.0000005

2. karakteristik Handicapped Gifted
Anak handicapped yang berbakat merupakan manifestasi dari berbagai karakteristik; beberapa.karakteristik positif, dan beberapa karakteristik negatif. Lebih lanjut, pada beberapa kasus, kualitas positif dapat diinterpretasikan secara negatif oleh orang dewasa yang bekerja dengan anak tersebut (Friedrichs, 1990 dalam Yewchuk & Lupart, 1993).
Beberapa karakteristik positif biasanya diasosiasikan dengan keberbakatan. Hal tersebut menyangkut hal-hal di bawah ini (Udall, 1985; Whitmore, 1981, Whitmore & Maker, 1985 dalam Yewchuk & Lupart, 1993):
• Superior memory dan pengetahuan umum
• Memiliki kemampuan analitis yang tinggi, dan keahlian memecahkan masalah yang kreatif
• Terkemuka akan apa yang diketahuinya, atau menguasai
• Memiliki kemampuan berbahasa yang tinggi, baik lisan maupun tertulis
• Memiliki kemampuan pemahaman yang luar biasa
• Memiliki rasa humor yang tinggi
• Tekun di dalam pencarian akademis atau tugas-tugas intelektual
• Menyadari dan memiliki kemampuan untuk mempergunakan kekuatan diri.
Sedangkan pada sisi negatifnya, karakteristik tersebut sering kali diasosiasikan dengan anak handicapped yang berbakat, diantaranya (Meisgeier, Mesgeier, & Werblo, 1978; Nielsen & Mortorff-Albert, 1989; Vespi & Yewchuk, 1992; Whitmore & Maker, 1985 dalam Yewchuk & Lupart, 1993):
Berjuang atas penerimaan diri
• Konsep diri yang rapuh
• Merasakan ketidaknyamanan sosial, keadaan memalukan, malu
• Memiliki intensi frustasi dan marah
• Kebutuhan untuk melepaskan energi yang tertahan
• Memiliki kesulitan interpersonal dengan teman sebaya, guru-guru dan keluarga
• Kesulitan akademik pada area skill tertentu.
Pada beberapa individu, karakteristik-karakteristik negatif ini dapat berkembang menjadi kesulitan emosional atau perilaku. Sementara yang lainnya dapat menjadi terisolasi secara sosial, baik melalui sikap menarik diri atau perilaku agresif (Meisgeier, Meisgeier, & Werblo, dalam Yewchuk & Lupart, 1993).
Bagian dari kesulitan emosional yang dihadapi individu anak berbakat yang memiliki hambatan ini terlihat pada area locus of control, kebergantungan atau kemandirian, motivasi berprestasi dan learned helplessness (Bireley, dalam Yewchuk & Lupart, 1993).
Didalam situasi dimana individu-individu handicapped gifted diperlakukan sebagai orang yang memiliki hambatan/ketidakmampuan tanpa melihat kemampuan intelektual mereka, Bireley (dalam Yewchuk & Lupart, 1993) mengasumsikan kalau “handicapped” atau pola immature akan tampil, tapi di lingkungan atau situasi sebaliknya, pola “gifted” akan tampil.
Efek dari Interaksi Antara Karakteristik Gifted & Handicapped
Gifted karakteristik Handicapped karakteristik Efek
Areas of strength
Perfectionism
High aspirations
Few gifted peers
Drive and determination
Desire for independence
Keen sensitivity
High career ambitions Handicaps
Low achievement
Low expectations
Few handicapped peers
Limited outlets
Handicap
Self-criticism
Limited access Uneven profile
Frustration
Inner conflict
Social problems
Pent-up energy
Creative problem solving
Fragile self-concept
Feelings of exclusion
(Friedrichs, 1990; Tannebaum & Baldwin, 1983; Whitmore, 1981 dalam Yewchuk & Lupart, 1993)
Perilaku belajar paling menonjol dan karakteristik-karakteristik motivasi dari anak handicapped gifted ini telah dirangkum didalam suatu checklist yang dinamakan Teacher Observational Items (TOI) yang terdiri atas item-item berikut ini (Pledgie dalam Yewchuk & Lupart, 1993):
• Eksprsif dan memiliki kosa kata yang luas
• Dapat mengingat dan mengambil informasi dengan mudah
• Mengetahui hubungan sebab akibat dan dapat menanyakan juga memberikan informasi
• Berpikir divergen, dapat mengeneralisasikan dan memberikan lebih dari satu jawaban benar
• Memiliki rentang perhatian yang panjang dan tekun
• Penasaran, memiliki banyak minat, dan suka mengambil resiko yang tinggi
• Menampilkan rasa humor.
Berdasarkan http://portal.cbn.net.id, karakteristik dari handicapped gifted adalah:
• Perfeksionis
• Hipersensitif
• Kurangnya keterampilan sosial
• Terisolasi secara sosial
• Ekspektasi diri yang tidak realistis
• Harga diri rendah
• Hiperaktif
• Mudah terpecah konsentrasinya
• Psikomotor tidak efisien
• Tidak ada pemusatan perhatian secara kronis
• Frustrasi oleh tuntutan kelas
• Gagal menyelesaikan tugas secara utuh
• Bersikap kritis yang berlebih-lebihan terhadap diri/orang lain
• Menentang metode pengajaran yang repetisi
• Meremehkan tugas yang harus dilakukan
• Dominasi dalam diskusi dan “peka” pada satu area
4. autisme
Autisme adalah ganguan perkembangan yang berdampak pada kemampuan berkomunikasi, memahami bahasa, bermain, dan berinteraksi dengan orang lain. Autisme merupakan sindrom perilaku, yang definisinya didasarkan atas pola perilaku yang ditunjukkan oleh orang ybs.
Autisme bukan penyakit, tidak menular, tidak didapat melalui kontak dengan lingkungan. Autisme merupakan kelainan neurologis yang dibawa sejak lahir dan selalu terdeeteksi sebelum usia tiga tahun. Penyebabnya belum diketahui; diperkirakan karena multi-sebab, yang masing-masing termanifestasikan dalam berbagai bentuk autisme.
Autisme adalah salah satu jenis kelainan yang termasuk Autisme Spectrum Disorder (ASD) yang mencakup:
1) Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD NOS), yang ciri-cirinya menyerupai autisme tetapi tidak parah;
2) Rett’s syndrome, kelainan genetik yang hanya menyerang anak perempuan, dengan tanda-tanda neurologis yang berat termasuk seizures, (seperti gila atau kesurupan) yang tampak lebih jelas dengan pertambahan usia;
3) Asperger syndrome, ciri-cirinya seperti autisme tetapi kemampuan bahasanya relatif baik;
4) Childhood Disintegrative Disorder: perkembangannya tampak normal untuk beberapa tahun pertama, tetapi keterampilan bicara dan keterampilan lainnya terus mundur hingga akhirnya memiliki karakteristik autisme.
Kemampuan dan kepribadian penyandang autisme dan ASD sangat bervariasi:
• retardasi mental berat hingga gifted;
• mengisolasi diri hingga memiliki afeksi tingkat tinggi dan senang kontak sosial;
• pasif dan lambat merespon, hingga sangat aktif dan tampak terus berinteraksi dengan aspek lingkungan yang disukainya.
Deskripsi Perilaku Autis
• Kesulitan dalam perkembangan komunikasi verbal maupun non-verbal, interaksi sosial, dan kegiatan bermain.
• menunjukkan gerakan-gerakan tak lazim, repetitif, berkelamaan; – resistensi terhadap perubahan dalam rutinitas dan roman lingkungannya;
• terlalu peka atau kurang peka terhadap jenis-jenis stimulasi tertentu, menunjukkan tantrum, agresi atau bentuk-bentuk perilaku dramatis lainnya;
• Pola perkembangan keterampilan yang tidak merata (misalnya superior dalam musik, mekanik, dan berhitung; tetapi bidang-bidang lain terhambat).
5. Karakteristik Anak Luar Biasa
Pada umumnya lembaga pendidikan di Indonesia pada saat ini belum dapat memenuhi berbagai tuntutan masyarakat. Walaupun telah cukup lama dicanangkan tentang program pendidikan. Sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan di tingkat dasar memang telah terselenggara hampir di seluruh pelosok tanah air. Lembaga inilah sebagai ujung tombak pendidikan di Indonesia. Melalui lembaga ini pula hampir seluruh anak usia sekolah mengawali pendidikan formal, tanpa terkecuali. Pada hal, tidak semua anak usia sekolah mampu mengikuti proses pembelajaran di SD. Mungkin di antara anak-anak usia sekolah tersebut ada anak-anak luar biasa yang sebenarnya memerlukan pelayanan dan lembaga pendidikan khusus. Namun seperti kita ketahui bersama, mungkinkah pemerintah dapat menyediakan pelayanan tersebut? Dampak dari keadaan yang demikian itu menyebabkan sekolah dasar biasa tidak dapat menolak kehadiran anak luar biasa.
Sebagai guru SD kiranya perlu memahami gejala-gejala anak luar biasa. Berikut ini akan diuraikan gejala-gejala/karakteristik anak luar biasa yang kemungkinan berada di sekolah biasa.
6. Karakteristik Anak Berbakat
Karakteristik anak berbakat dapat ditinjau dari segi akademik, sosial/ emosi, dan fisik/kesehatan.
7. Karakteristik Akademik
Dari segi akademik, anak berbakat antara lain dapat diketahui dari gejala-gejala berikut.
a. memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang besar
b. keranjingan membaca
c. menikmati sekolah dan belajar
8. Karakteristik Sosial/Emosi
Beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial
a. diterima oleh mayoritas lingkungan
b. keterlibatan dalam berbagai kegiatan sosial
c. kepemimpinannya diakui
d. tidak defensif, memiliki tenggang rasa
e. mampu mengontrol ekspresi emosionalnya
f. mampu menanggulangi siuasi sosial
9. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan hal-hal sebagai berikut.
a. memiliki penampilan menarik dan rapi
b. kesehatan di atas rata-rata
10. Karakteristik Anak Tunagrahita
Berdasarkan adaptasi dari James D Page, secara umum karakteristik anak tunagrahita adalah sebagai berikut.
1. Akademik
a. kapasitas belajar sangat terbatas
b. lebih banyak belajar membeo, tanpa pengertian
c. malas berpikir
d. sulit memusatkan perhatian
e. cepat lupa
2. Sosial/emosi
a. tak dapat mengurus diri sendiri
b. cenderung bergaul dengan anak yang lebih muda
c. kehidupan penghayatannya terbatas
Karakteristik Khusus Anak Tunagrahita
Karakteristik khusus anak tunagrahita adalah karakteristik yang dibedakan menurut tingkat ketunagrahitaannya.
1. Karakteristik Tunagrahita Ringan
a. mampu belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana
b. usia 16 tahun tingkat kecerdasannya sama dengan anak kelas tiga/lima SD
c. kematangan belajar membaca dicapai pada usia 9 s/d 12 tahun
d. dapat bergaul dan mampu mengerjakan pekerjaan ringan
2. Karakteristik Tunagrahita Sedang
a. tidak mampu mempelajari pelajaran akademik
b. perkembangan bahasa terbatas
c. berkomunikasi dengan beberapa kata
d. mampu menulis nama sendiri, nama orang tua dan alamat
e. mengenal angka tanpa pengertian
f. dapat dilatih bersosialisasi
g. mampu mengenali bahaya
h. tingkat kecerdasan setara anak usia 6 tahun
3. Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
a. selalu tergantung pada orang lain
b. tak mampu mengurus diri sendiri
c. tidak mengenali bahaya
d. tingkat kecerdasannya setara anak usia 4 tahun
Karakteristik Anak Tunagrahita pada Masa Sekolah
Anak tunagrahita yang masuk pada usia sekolah biasanya masuk di SD biasa. Oleh karena itu kita perlu mengenali gejala-gejala anak tunagrahita pada masa ini. Gejala-gejala tersebut antara lain :
a. mengalami kesulitan belajar pada hampir semua mata pelajaran
b. prestasi rendah
c. kebiasaan kerja tidak baik
d. tidak dapat konsentrasi
e. kemampuan motorik kurang
f. perkembangan bahasa jelek
g. kesulitan menyesuaikan diri


11. Karakteristik Anak Tunalaras
Karakteristik anak tunalaras berkaitan dengan segi akademik, sosial/emosional, dan segi fisik/kesehatan.
1. Karakteristik akademik
a. prestasi belajar di bawah rata-rata
b. sering melakukan pelanggaran
c. sering membolos sekolah
d. sering sakit
e. sering melakukan pelanggaran hukum
2. Karakteristik Sosial
a. sering melanggar aturan budaya, aturan sekolah, dan keluarga
b. agresif, suka membangkang dan sering mengganggu
c. melakukan kejahatan
3. Karakteristik Emosional
a. sering merasa tertekan dan cemas
b. gelisah, malu, rendah diri dan sangat sensitif
4. Karakteristik fisik/kesehatan
a. adanya gangguan makan, tidur dan gerakan
b. mudah mendapat kecelakaan, sering cemas
c. gagap, sering ngompol dan jorok
Karakteristik Anak Tunadaksa
1. Karakteristik akademik
a. pada anak yang mengalami gangguan otot, tingkat kecerdasan normal
b. pada anak yang mengalami gangguan sistem cerebral, tingkat kecerdasan tingkat kecerdasannya berentang mulai dari tingkat idiocy sampai dengan gifted
c. terjadi kelainan persepsi, kognisi dan simbolisasi
2. Karakteristik sosial/emosional
a. malas belajar
b. sering salah suai
c. mudah tersinggung, rendah diri, pemalu
d. mudah frustasi dan sering menyendiri
3. Karakteristik fisik/kesehatan
a. fungsi pancaindera terganggu
b. kemampuan bicara rendah
c. fungsi keseimbangan terganggu
d. sulit melakukan kegiatan dengan gerakan halus
12. Karakteristik anak Berkesulitan Belajar
Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Secara Umum
1. Masalah persepsi dan koordinasi
a. tidak dapat membedakan huruf yang mirif (d dan b, sakit dan sabit)
b. sulit membedakan bunyi yang hampir sama (kopi dengan topi)
c. adanya gangguan motorik halus dan kasar
2. Gangguan dalam perhatian
a. sulit berkonsentrasi
b. sulit untuk memusatkan perhatian
c. sulit melakukan kontak mata
d. hiperaktif
e. tak dapat menuntaskan pekerjaan
3. Gangguan dalam mengingat dan berpikir
a. masalah mengingat
1) tak memiliki kemampuan dalam penerapan strategi mengingat
2) sulit mengingat materi secara verbal
b. masalah berpikir
1) sulit memecahkan masalah
2) tidak mampu menemukan/membentuk konsep
4. Kemampuan dalam penyesuaian diri
a. kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
b. kurang percaya diri, cemas dan takut
c. suka mengasingkan diri
13. Karakteritik Khusus Anak Berkesulitan Membaca
1. Gangguan membaca lisan
2. Kurang mampu membedakan kata-kata yang berbeda secara ortografis
3. Gangguan ingatan jangka pendek
4. Gangguan pemahaman












BAB III
ANALISA PEMBAHASAN

3.1 Analisis kasus
A. individu normal
Topik tentang individual differences ini mengkaji mengenai karakteristik manusia sebagai individu yang utuh tidak dapat dibagi(undivided), tidak dapat dipisahkan yang memiliki ciri-ciri yang khas. Karena adanya ciri-ciri yang khas itulah yang menyebabkan manusia satu dengan yang lainya dikatakan individu yang berbeda.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan(her edity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakter keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak dan bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang. Tiap-tiap perangsang tersebut baik secara terpisah maupun terpadu dengan rangsangan yang lain semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal itu akhirnya membentuk pola karakteristik tingkah laku yang dapat diwujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lain.
Individu menunjukan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lainya. Perbedaan inilah yang disebut perbedaan individual (individual differences). Pendapat dari Lindgren (1980 : 578) dikutip oleh Prof. H Sunarto : perbedaan dalam “perbedaan individual” menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
B. Individu khusus
Anak Autis: Pandanglah Kami secara Normal

Tak sedikit pun kata keluar dari mulut Sue (28). Tatapannya semata terpaku pada tetesan air yang memenuhi sendok plastik kesayangannya. Ditumpahkannya dan kembali tetesan air kran yang mengalir di satu sudut rumahnya di Amerika Serikat ditadah lagi dengan sendok berwarna putih itu. Cukup sering Sue sendirian melakukan hal itu. Baginya, aktivitas itu membuatnya tenang dan tenteram. Terkadang, Sue melanjutkannya dengan berdiri di depan pintu masuk rumahnya, meski tak jelas apa yang dilihat, dan bersandar setelahnya. Ini adalah cuplikan film dokumenter yang berkisah tentang anak autis, digelar dalam orasi ilmiah bertajuk "Perspektif Positif dalam Memahami Autis" oleh Dr Adriana S Ginanjar, MS, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok, Selasa (3/3). Sue hanyalah salah satu dari sekian ratus anak autis di Amerika Serikat. Adapun jumlah anak autis di Indonesia, menurut Adriana, bertambah cukup pesat. Ini terlihat dari makin banyaknya pusat terapi yang menangani anak-anak autis, juga pembahasan di media massa, dan seminar-seminar. Sayangnya, belum ada data resmi dari pemerintah tentang jumlah anak autis. "Di Amerika Serikat, sekitar satu dari 166 anak yang lahir tergolong anak autis. Nah, sayangnya pemerintah kita belum punya data jumlah anak autis seluruh Indonesia. Padahal ini diperlukan untuk memandang seberapa urgent hal ini harus mendapat perhatian agar anak autis tidak dimasukkan pada sekolah normal, seperti yang saat ini terjadi," terang Adriana.

Lebih lanjut, Adriana memaparkan, faktanya sekolah-sekolah normal ternyata belum mampu menangani anak autis. Cara memasukkan anak autis ke sekolah normal memang memberikan kebanggaan si orangtua bahwa anaknya normal.
"Sementara di lain sisi tidak ada kesiapan dari pihak sekolah dalam menangani anak autis termasuk teman-temannya yang kerap memperlakukan si anak autis dengan cara berbeda," terangnya. Karena itu, menurut Adriana, perlu penanganan khusus terhadap anak autis. Memang, lanjut Adriana, menangani anak autis tidak mudah. Perlu ada kerja sama lebih baik dari guru dan orangtua yang berorientasi pada pengembangan diri dan menjauhkan anak dari bullying.
Orangtua perlu serius menemukan keunggulan anaknya melalui konsep multiple intelligence bahwa kecerdasan bisa beragam. Ada kecerdasan matematis, kinetik, matematis dan verbal. Setiap anak autis memiliki ciri khusus dalam kuantitas dan kualitas yang berbeda. "Ini adalah keunggulan anak autis yang layak dikembangkan," terang ibu Atmazka Ginanjar yang juga menderita autis. Dengan demikian, tak heran cukup banyak anak yang menunjukkan kemampuan di bidangnya, seperti musik, seni, matematika, komputer, dan menggambar. Sebagian individu autis memiliki kemampuan luar biasa tanpa melalui proses belajar yang disebut savant, seperti mampu menghafal kamus ensiklopedia secara rinci. "Sayangnya, penanganan anak autis di Indonesia cenderung menekankan pada kekurangan (defisit), bukan pada penggalian dan pengembangan potensi," lanjut Adriana. Padahal, pengembangan potensi dapat digunakan sebagai kompensasi dari defisit yang ada. Karena itu, cara terbaik memahami mereka adalah dengan berusaha mengenali mereka tanpa prasangka tertentu, apalagi membandingkan mereka dengan individu normal.
"Kita juga harus menggunakan perspektif holistik dan positif, yaitu memandang anak autis sebagai individu yang utuh dan memiiki potensi kreatif," pungkasnya.

Kenali individu autis lebih dalam, hargai keunikan mereka, serta percaya bahwa mereka juga mampu berpikir dan mengembangkan diri, maka kita akan membantu mengembangkan individualitas dan potensi mereka secara optimal. Demikian penjelasan Adriana. "Kita bisa saksikan individu autis yang sukses seperti Oscar Dompas-autis asal Indonesia yang sekarang menjadi pengusaha sekaligus penulis buku, Jasmine Lee O'Neil-penulis perempuan autis, Donna Williams-perempuan penulis autis," ujarnya. Jadi, kenali penderita Autis dengan cara berbeda. Adriana mengimbau, pandanglah bahwa mereka memiliki keunggulan tersendiri.

















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. golongan dari anak tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan fungsional, artinya sisa penglihatannya masih dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari termasuk dalam kegiatan pendidikan. Agar sisa penglihatan ini dapat digunakan secara efektif dan optimal maka perlu adanya penilaian dan latihan pengembangan sisa penglihatan fungsional. Sekecil apapun sisa penglihatan harus digunakan secara lebih banyak. Mereka menggunakan tulisan pika cetak tebal yang berukuran besar (18) atau lebih.
4.2 saran
1. walaupun anak yang khusus dalam fisiknya ada kekurangan, pandanglah dan hargailah mereka karena, setiap manusia diciptakan ada kekuranngan dan kelebihannya.










Daftar Pustaka

http://birdieni.blog.friendster.com/
http://www.idp-europe.org/eenet/newsletter4_indonesia/page20.php
http://d-tarsidi.blogspot.com/2008/06/kelainan-mata-yang-umum-dan.html
http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/10/25/brk,20071025-110097,id.html
http://www.plbjabar.com/?inc=tentang&id=5
http://asrivixel.blogspot.com/2009/03/emosi-dan-karakteristik-perkembangan.html
http://muhzulma.blogspot.com/
http://eprints.uny.ac.id/887/2/PENDIDIKAN_UNTUK_ANAK_DENGAN_TUNALARAS_DALAM_SETING_INKLUSI.pdf
http://z-alimin.blogspot.com/2009/04/anak-penyandang-autisme-dan_02.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar